Roman mukanya seketika berubah. Merah padam ketika menemukan sepucuk kertas tersebut dari balik laci mejanya.
Digesernya meja tersebut dengan dorongan kakinya membuat gaduh seisi kelas yang sedang berkumpul ramai membahas soal-soal ujian yang akan keluar minggu depan.
"Ruri, mana Thesa?"
Suara Mirna menggelegar memenuhi ruangan kelas.
"Ada apa, memangnya ada apa Mir?" tanya Ruri, mencoba menenangkan sahabatnya.
"Ruri, Ruri! Keluar kamu, Jangan sembunyi! Jangan lari!"
Seisi kelas memalingkan pandangan mereka pada Mirna yang tiba-tiba marah-marah, seperti orang kerasukan.
Ruri yang baru saja kembali dari kantin kemudian masuk ke dalam kelas. Sambutan yang tak ia harapkan pun datang. Mirna mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti musang yang siap menerkam mangsanya.
"Apa-apaan ini!" Mirna menyodorkan selembar kertas dari balik laci mejanya.
Ruri menarik lengan Mirna, mencoba menahannya agar tidak memarahi Ruri yang merupakan sahabat karibnya sejak pertama kali masuk Madrasah Tsanawiyah. Sejak 5 tahun yang lalu.
Ruri terdiam. Semua terdiam. Perhatian mereka terfokus pada selembar kertas di tangan Mirna.
Ruri tertunduk lemas. Semuanya harus berakhir dengan pertengkaran seperti ini. Ia tak menyangka ulah usilnya mengerjai Mirna, sahabat karibnya yang selama ini dirasa kurang memperhatikannya berbuntut seperti ini.
"Maafkan aku, Mirna."
Mirna terdiam.
"Apa maksudmu. Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu mengatai aku seperti ini?"
Ruri melirik kertas yang diselipkannnya di laci meja Mirna. Menunduk dalam. Tak berani melihat. Menurutnya Mirna selama ini telah berubah menjadi sahabat yang mementingkan diri sendiri.
Seisi kelas pun kemudian sama memahami apa yang telah terjadi. Satu per satu mereka bubar dan meninggalkan Mirna, Ruri dan Thesa bertiga di dalam kelas.
Mirna menggeser meja di hadapan mereka agar ia dapat meninggalkan ruang kelas itu, sementara Ruri membiarkannya lewat begitu saja. Thesa menatap Ruri tajam, lalu sejurus kemudian meninggalkan ruangan itu. Mengejar Mirna yang sesenggukan terisak tak kuasa menahan tangisnya.
Hujan pun turun meninggalkan Ruri yang sendiri di dalam kelas.
- Selesai -
Banda Aceh, 26 Maret 2014
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Sahabat"
Post a Comment