Hari Sabtu idenya adalah cerita nostalgia, dan kali ini ingin saya bagi tentang sepakbola saja. Biar pun kak Eqie yang biasanya mampir ke blog saya mengaku tidak menyukai sepakbola. Hmm, hm, hmm ...? :-)
Semenjak kecil saya ingat salah satu pertandingan perdana yang syaa tonton adalah Argentina vs Yunani di Piala Dunia USA 1994. Skor pada babak pertama adalah 2-0 dan saya menerka pada babak kedua ada dua gol tambahan lagi bagi Argentina. Tebakan saya benar, padahal hanya berdasar menjumlah-jumlah saja. Saya beranjak tidur karena hari sudah larut.
Setelah itu saya sempat terbangun dinihari saat pertandingan semifinal antara Italia melawan Bulgaria. Skor 2-1 untuk kemenangan Italia atas Bulgaria yang mengejutkan dunia sat itu sebagai tim kuda hitam.
Karena televisi yang kami punyai hanya TVRI dan tidak membeli antena parabola, maka praktis hanya TVRI yang menyumbang pertandingan sepakbola. Saat itu karena pertandingan sepakbola disponsori oleh sebuah lembaga yang terindikasi terkait judi, maka pertandingan sepakbola dari TVRI ditiadakan.
Saya menikmati pertandingan sepakbola skala kompetisi geografis seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Saya ingat dulu sekitar tahun 1993, tim sepakbola PON dari Aceh berhadapan di final sepakbola melawan tim Irian Jaya yang saat ini bernama Papua. Saat itu tim Aceh kalah 3-6 dari tim Irian Jaya dan membawa pulang medali perak.
Pada tahun 1994 kompetisi Liga Indonesia dimulai dan saat itu TVRI secara rutin menayangkannya. Baru pada tahun 1996 saat kompetisi piala Eropa dimulai RCTI masuk ke Banda Aceh melalui antena UHF. Setelah itu kami dapat menikmai berbagai tayangan loga sepakbola Eropa dari rumah, seperti Liga Italia, Liga Jerman dan juga Liga Inggris yang sempat muncul di TPI. Ada juga Liga Champions di RCTI.
Saya juga suka mendengar siaran langsung radio pertandingan sepakbola saat klub kesayangan warga Banda Aceh, Persiraja Banda Aceh yang pernah menjadi juara kompetisi Liga Perserikatan pada tahun 1981 (wah, saya saat itu belum lahir, ya) bertanding di Stadion Lampineung Banda Aceh. Meski stadion jaraknya tak lebih dari satu kilometer saja, tapi saya lebih suka mendukung dari rumah saja, dari radio bersama-sama keluarga.
Abang-abang dan adik saya suka ke stadion, sementara saya tak begitu menyukai suasana keramaian. Saya hanya pernah masuk ke stadion Lampineung tiga kali; saat sebuah upacara di waktu Madrasah Ibtidaiyah, saat Try Out Akbar SPMB dan saat konser Maher Zain pada Oktober 2012 yang lalu.
Saat Liga Italia ditayangkan di RCTI, saya menyukai Juventus yang saat itu diperkuat Alessandro Del Piero dan Zinedine Zidane. Beberapa tahun kemudian saya kepincut tim S.S. Lazio berkembang pesat dengan rajin belanja di bursa transfer dengan bintang-bintang seperti Alessandro Nesta, Juan Veron, Christian Vieri dan Matias Almeyda.
Saat Liga Spanyol disiarkan, saya menyukai Barcelona walaupun saingannya Real Madrid memiliki Zinedine Zidane yang juga pemain favorit saya. Gocekan Ronaldinho, Xavi, Iniesta dan Lionel Messi membuat kita terkagum-kagum.
Setelah pesona Liga Spanyol berganti dengan Liga Inggris, saya menyukai Liverpool yang memiliki permainan menyerang. Sebenarnya ada banyak sekali tim favorit di Liga Inggris. Dulu Chelsea sangat tangguh dengan koneksi Italia-nya, Manchester United dengan angkatan 1992 dan Alex Ferguson-nya, serta Arsenal dengan bintang mudanya yang sempat bisa menyaingi United. Liga Inggris sangat terkenal dengan permainan kick and rush-nya meskipun kini telah berkurang dengan banyaknya bintang asing di klub mereka.
Terakhir, klub Inter Milan sangat saya dukung karena bos-nya saat ini adalah orang Indonesia, pemilik harian Republika, Erick Thohir. Semoga Erick Thohir bisa sukses ya sebagai Presiden Inter Milan yang baru. Saat ini secara perlahan Inter Milan dapat bangkit dari keterpurukannya setelah beberapa musim tidak menunjukkan prestasi gemilang setelah era Jose Mourinho pada tahun 2010 berakhir.
Pada hakikatnya menonton sepakbola adalah pekerjaan yang banyak menyita waktu, namun demikian mengikuti perkembangan sepakbola merupakan sebuah hal yang banyak memberi manfaat juga. Secara tidak langsung. kita dapat mempelajari bagaimana manajemen sebuah organisasi khususnya klub sepakbola Eropa. Di samping itu semangat sportivitas (baca: fairplay) dan bekerja keras dari sepakbola patut kita terapkan dalam kehidupan.
Banda Aceh, 22 Maret 2014
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Klub-klub Sepakbola yang Pernah di Hatiku"
Post a Comment